The S.I.G.I.T adalah
satu dari sekian band indie indonesia yang punya kualitas bagus dalam
musiknya. The SIGIT merupakan band indie asal bandung, yang dibentuk
pada tahun 1997 ketika para personelnya masih duduk di bangku SMA. Nama
The S.I.G.I.T itu sendiri baru dipakai pada tahun 2002. pada tahun 2004
mereka membuat demo album yang berjudul ” EP” berisi 6 lagu.
The S.I.G.I.T merupakan potret band indie yang melek teknologi dengan
memanfaatkan situs jejaring sosial seperti myspace, friendster,
facebook, bebo, dll, untuk mengenalkan lagu-lagu mereka ke seluruh dunia
. akhirnya,l ewat internet pula mereka ditemukan oleh salah satu
pemilik label di Australia yang kemudian menawari band ini untuk membuat
album The S.I.G.I.T versi Australia. The S.I.G.I.T baru dikenal oleh
masyarakat pecinta musik secara luas setelah membuat lagu untuk
soundtrack sebuah film (Catatan Akhir Sekolah) dengan lagu “Did I ask
yer opinion”.
Dibalik nama The S.I.G.I.T.
The S.I.G.I.T bukanlah nama dari seorang personilnya (yang memang
lazimnya nama Sigit adalah nama orang) atau singkatan dari nama para
personilnya, namun The S.I.G.I.T merupakan singkatan dari “The Super
Insurgent Group of Intemperance Talent”. Mari menyimak kisah Rektivianto
Rekti Yoewono tentang hal yang mendorong dirinya untuk menamakan
band-nya The S.I.G.I.T.: "Awalnya itu, saya kalau lagi nggak ada
kerjaan, kalau lagi di Internet suka ke Google, iseng nyari nama
sendiri. "Rekti" kalau di luar apa ya?,tutur vokalis-gitaris berusia 25
tahun itu. Terus ngetik nama bapak saya, Sigit. Terus ternyata,
Sigit.com itu Science Interest Group anjing, keren juga ya. Jadi gue
cari kata-kata sendiri".
Cerita itu dapat mewakili sisi intelek sekaligus humoris yang terdapat
pada The Super Insurgent Group of Intemperance Talent, kuartet asal
Bandung yang menggabungkan tema lirik yang kontemplatif dengan musik
rock & roll primitif, di mana Led Zeppelin, The Clash dan The
Beatles menjadi pengaruh utama yang menyatukan selera keempat sahabat
ini. Kami ter-influence lagu-lagu lama, tapi intinya kami memang suka
ngerock, kata bassis Aditya Bagja Mulyana alias Adit, 25 tahun. Bukan
ngepop, karena kami bukan penyanyi yang baik [tertawa]!
Awal Terbentuknya The Super Insurgent Group of Intemperance Talent
Band yang mengusung garage rock dengan tampilan seadanya yang dibentuk
ketika zaman sekolah setingkat SMP antar teman saling bertemu
diantaranya yaitu Rekti, Adit dan Acil yang kemudian membentuk sebuah
band yang mengusung ciri khas dengan sound dari mulai The Stone Roses
sampai dengan Led Zeppelin, dimana personil band yang selama itu ada
saling silih berganti, ada yang datang ada yang pergi, dengan, kemudian
pada tahun 2002, Farri datang ke dalam band tersebut, dengan
kemampuannya dalam “recording dan arranging” dimulailah mereka untuk
menciptakan lagunya mereka.
Grup yang diawaki empat orang personel Rektivianto Yoewono (vokalis dan
gitar), Farri Icksan Wibisana (gitaris), Aditya Bagja Mulyana (bass),
dan Donar Armando Ekana (vokalis dan drummer).
Mereka berasal dari perguruan tinggi di Bandung. Rekti saat ini sedang
menyelesaikan S2 di Teknik Lingkungan ITB, Adiet sarjana IT dari
Universitas Maranatha Bandung. Kalau Achiel Sarjana S1 Arsitektur
Universitas Parahyangan sementara Farri sedang studi S2 di jurusan
Arsitek ITB. Wah pintar-pintar yah, calon master yang jago di bidang
musik.
Kenapa band mereka lebih banyak menggunakan lirik bahasa Inggris, apa
karena memang mereka fanatik bahasa Inggris?
Achiel A.K.A Donar Armando Ekana menjelaskan kenapa bahasa Inggris yang
mereka pakai dalam kata-kata di liriknya karena mereka ingin beda, dan
sederhananya mereka lebih senang main dengan kata-kata bahasa Inggris.
“Kalau dengan bahasa Inggris lebih mudah mendapat gabungan kata, dan
maknanya lebih dalam,” ujarnya.
Hampir semua lagu mereka kemas dalam bahasa Inggris, tapi bukan berarti
tidak ada bahasa Indonesianya. Di album pertama yang juga berjudul The
S.I.G.I.T dirilis tahun 2004 banyak juga yang memakai bahasa Indonesia.
Di album keduanya yang berjudul VISIBLE IDEA OF PERFICTION yang dirilis
tahun 2006 judul lagu-lagu andalannya seperti Soul Sister juga dikemas
dalam bahasa Inggris. Nowhere End dan All the Time yang bercerita
tentang cinta, walau dengan sudut pandang yang tak biasa. Yah, begitulah
The S.I.G.I.T memang senang mengekspresikan kata-kata lewat bahasa
Inggris, itu juga karena mereka memang lebih sering manggung di luar
negeri. Seperti di Australia dan Singapura.
Bukan berarti kalau udah main di dua negara itu terus puas. Mereka masih
memendam keinginan tampil di Texas, Amerika Serikat, dalam ajang South
by South West. “Maret kemarin, mestinya kami main di sana, tapi
terlambat mengurus visa,” ujar Farri, sang gitaris.
Hal-hal yang menjadi topik lirik dapat dibilang menarik.
Ada sebuah tema besar yang dapat ditangkap, yaitu ketidakpuasan terhadap
kondisi sekitar. Live in New York bercerita tentang keinginan untuk
hijrah ke tempat yang lebih menarik; New Generation menghujat lingkaran
setan yang menghubungkan malnutrisi dengan kebodohan; dan empat lagu Let
It Go,Save Me,Clove Doper dan Satan State“ adalah komentar terhadap
sifat orang-orang di sekeliling saya, menurut Rekti, yang menyebut
politikus, dosen, tokoh agama dan orang Indonesia pada umumnya. Kalau
ada orang yang mengatakan ˜Saya orang suci, Anda tidak suci, saya
membantah semua orang yang mengatakan bahwa ˜Saya superior dalam bidang
tertentu. Bagi saya, itu adalah sesuatu yang tidak menarik dan tidak
penting.
Tak semua lagu mengandung tema seberat itu. Soul Sister bercerita
tentang teman SMP Rekti dan Adit yang memanfaatkan jasa seorang waria;
Nowhere End dan All the Time malah bercerita tentang cinta, walau dengan
sudut pandang yang tak biasa. Saya pernah mendapat e-mail yang membahas
itu, dan itu bikin semangat untuk belajar lebih banyak lagi tentang
bagaimana menulis lirik, daripada mendengar pujian yang lagu lo ngerock
banget! kata Rekti. Senang sih, cuma itu saya anggap ya udahlah. Bisa
berbahaya untuk diri sendiri. Saya berharap kalau ada yang mendengarkan
dan memperhatikan lirik, apa yang saya maksud bisa sampai, dan kalau
menyampaikan kritik sesuai dengan apa konteksnya.
Read more at: http://aurion23.blogspot.com/2011/07/biografi-sigit.html#.UjgxwTfnnFw
Copyright Aurion23.blogspot.com
Read more at: http://aurion23.blogspot.com/2011/07/biografi-sigit.html#.UjgxwTfnnFw
Copyright Aurion23.blogspot.com
The S.I.G.I.T adalah
satu dari sekian band indie indonesia yang punya kualitas bagus dalam
musiknya. The SIGIT merupakan band indie asal bandung, yang dibentuk
pada tahun 1997 ketika para personelnya masih duduk di bangku SMA. Nama
The S.I.G.I.T itu sendiri baru dipakai pada tahun 2002. pada tahun 2004
mereka membuat demo album yang berjudul ” EP” berisi 6 lagu.
The S.I.G.I.T merupakan potret band indie yang melek teknologi dengan
memanfaatkan situs jejaring sosial seperti myspace, friendster,
facebook, bebo, dll, untuk mengenalkan lagu-lagu mereka ke seluruh dunia
. akhirnya,l ewat internet pula mereka ditemukan oleh salah satu
pemilik label di Australia yang kemudian menawari band ini untuk membuat
album The S.I.G.I.T versi Australia. The S.I.G.I.T baru dikenal oleh
masyarakat pecinta musik secara luas setelah membuat lagu untuk
soundtrack sebuah film (Catatan Akhir Sekolah) dengan lagu “Did I ask
yer opinion”.
Dibalik nama The S.I.G.I.T.
The S.I.G.I.T bukanlah nama dari seorang personilnya (yang memang
lazimnya nama Sigit adalah nama orang) atau singkatan dari nama para
personilnya, namun The S.I.G.I.T merupakan singkatan dari “The Super
Insurgent Group of Intemperance Talent”. Mari menyimak kisah Rektivianto
Rekti Yoewono tentang hal yang mendorong dirinya untuk menamakan
band-nya The S.I.G.I.T.: "Awalnya itu, saya kalau lagi nggak ada
kerjaan, kalau lagi di Internet suka ke Google, iseng nyari nama
sendiri. "Rekti" kalau di luar apa ya?,tutur vokalis-gitaris berusia 25
tahun itu. Terus ngetik nama bapak saya, Sigit. Terus ternyata,
Sigit.com itu Science Interest Group anjing, keren juga ya. Jadi gue
cari kata-kata sendiri".
Cerita itu dapat mewakili sisi intelek sekaligus humoris yang terdapat
pada The Super Insurgent Group of Intemperance Talent, kuartet asal
Bandung yang menggabungkan tema lirik yang kontemplatif dengan musik
rock & roll primitif, di mana Led Zeppelin, The Clash dan The
Beatles menjadi pengaruh utama yang menyatukan selera keempat sahabat
ini. Kami ter-influence lagu-lagu lama, tapi intinya kami memang suka
ngerock, kata bassis Aditya Bagja Mulyana alias Adit, 25 tahun. Bukan
ngepop, karena kami bukan penyanyi yang baik [tertawa]!
Awal Terbentuknya The Super Insurgent Group of Intemperance Talent
Band yang mengusung garage rock dengan tampilan seadanya yang dibentuk
ketika zaman sekolah setingkat SMP antar teman saling bertemu
diantaranya yaitu Rekti, Adit dan Acil yang kemudian membentuk sebuah
band yang mengusung ciri khas dengan sound dari mulai The Stone Roses
sampai dengan Led Zeppelin, dimana personil band yang selama itu ada
saling silih berganti, ada yang datang ada yang pergi, dengan, kemudian
pada tahun 2002, Farri datang ke dalam band tersebut, dengan
kemampuannya dalam “recording dan arranging” dimulailah mereka untuk
menciptakan lagunya mereka.
Grup yang diawaki empat orang personel Rektivianto Yoewono (vokalis dan
gitar), Farri Icksan Wibisana (gitaris), Aditya Bagja Mulyana (bass),
dan Donar Armando Ekana (vokalis dan drummer).
Mereka berasal dari perguruan tinggi di Bandung. Rekti saat ini sedang
menyelesaikan S2 di Teknik Lingkungan ITB, Adiet sarjana IT dari
Universitas Maranatha Bandung. Kalau Achiel Sarjana S1 Arsitektur
Universitas Parahyangan sementara Farri sedang studi S2 di jurusan
Arsitek ITB. Wah pintar-pintar yah, calon master yang jago di bidang
musik.
Kenapa band mereka lebih banyak menggunakan lirik bahasa Inggris, apa
karena memang mereka fanatik bahasa Inggris?
Achiel A.K.A Donar Armando Ekana menjelaskan kenapa bahasa Inggris yang
mereka pakai dalam kata-kata di liriknya karena mereka ingin beda, dan
sederhananya mereka lebih senang main dengan kata-kata bahasa Inggris.
“Kalau dengan bahasa Inggris lebih mudah mendapat gabungan kata, dan
maknanya lebih dalam,” ujarnya.
Hampir semua lagu mereka kemas dalam bahasa Inggris, tapi bukan berarti
tidak ada bahasa Indonesianya. Di album pertama yang juga berjudul The
S.I.G.I.T dirilis tahun 2004 banyak juga yang memakai bahasa Indonesia.
Di album keduanya yang berjudul VISIBLE IDEA OF PERFICTION yang dirilis
tahun 2006 judul lagu-lagu andalannya seperti Soul Sister juga dikemas
dalam bahasa Inggris. Nowhere End dan All the Time yang bercerita
tentang cinta, walau dengan sudut pandang yang tak biasa. Yah, begitulah
The S.I.G.I.T memang senang mengekspresikan kata-kata lewat bahasa
Inggris, itu juga karena mereka memang lebih sering manggung di luar
negeri. Seperti di Australia dan Singapura.
Bukan berarti kalau udah main di dua negara itu terus puas. Mereka masih
memendam keinginan tampil di Texas, Amerika Serikat, dalam ajang South
by South West. “Maret kemarin, mestinya kami main di sana, tapi
terlambat mengurus visa,” ujar Farri, sang gitaris.
Hal-hal yang menjadi topik lirik dapat dibilang menarik.
Ada sebuah tema besar yang dapat ditangkap, yaitu ketidakpuasan terhadap
kondisi sekitar. Live in New York bercerita tentang keinginan untuk
hijrah ke tempat yang lebih menarik; New Generation menghujat lingkaran
setan yang menghubungkan malnutrisi dengan kebodohan; dan empat lagu Let
It Go,Save Me,Clove Doper dan Satan State“ adalah komentar terhadap
sifat orang-orang di sekeliling saya, menurut Rekti, yang menyebut
politikus, dosen, tokoh agama dan orang Indonesia pada umumnya. Kalau
ada orang yang mengatakan ˜Saya orang suci, Anda tidak suci, saya
membantah semua orang yang mengatakan bahwa ˜Saya superior dalam bidang
tertentu. Bagi saya, itu adalah sesuatu yang tidak menarik dan tidak
penting.
Tak semua lagu mengandung tema seberat itu. Soul Sister bercerita
tentang teman SMP Rekti dan Adit yang memanfaatkan jasa seorang waria;
Nowhere End dan All the Time malah bercerita tentang cinta, walau dengan
sudut pandang yang tak biasa. Saya pernah mendapat e-mail yang membahas
itu, dan itu bikin semangat untuk belajar lebih banyak lagi tentang
bagaimana menulis lirik, daripada mendengar pujian yang lagu lo ngerock
banget! kata Rekti. Senang sih, cuma itu saya anggap ya udahlah. Bisa
berbahaya untuk diri sendiri. Saya berharap kalau ada yang mendengarkan
dan memperhatikan lirik, apa yang saya maksud bisa sampai, dan kalau
menyampaikan kritik sesuai dengan apa konteksnya.
Read more at: http://aurion23.blogspot.com/2011/07/biografi-sigit.html#.UjgxwTfnnFw
Copyright Aurion23.blogspot.com
Read more at: http://aurion23.blogspot.com/2011/07/biografi-sigit.html#.UjgxwTfnnFw
Copyright Aurion23.blogspot.com
The S.I.G.I.T adalah
satu dari sekian band indie indonesia yang punya kualitas bagus dalam
musiknya. The SIGIT merupakan band indie asal bandung, yang dibentuk
pada tahun 1997 ketika para personelnya masih duduk di bangku SMA. Nama
The S.I.G.I.T itu sendiri baru dipakai pada tahun 2002. pada tahun 2004
mereka membuat demo album yang berjudul ” EP” berisi 6 lagu.
The S.I.G.I.T merupakan potret band indie yang melek teknologi dengan
memanfaatkan situs jejaring sosial seperti myspace, friendster,
facebook, bebo, dll, untuk mengenalkan lagu-lagu mereka ke seluruh dunia
. akhirnya,l ewat internet pula mereka ditemukan oleh salah satu
pemilik label di Australia yang kemudian menawari band ini untuk membuat
album The S.I.G.I.T versi Australia. The S.I.G.I.T baru dikenal oleh
masyarakat pecinta musik secara luas setelah membuat lagu untuk
soundtrack sebuah film (Catatan Akhir Sekolah) dengan lagu “Did I ask
yer opinion”.
Dibalik nama The S.I.G.I.T.
The S.I.G.I.T bukanlah nama dari seorang personilnya (yang memang
lazimnya nama Sigit adalah nama orang) atau singkatan dari nama para
personilnya, namun The S.I.G.I.T merupakan singkatan dari “The Super
Insurgent Group of Intemperance Talent”. Mari menyimak kisah Rektivianto
Rekti Yoewono tentang hal yang mendorong dirinya untuk menamakan
band-nya The S.I.G.I.T.: "Awalnya itu, saya kalau lagi nggak ada
kerjaan, kalau lagi di Internet suka ke Google, iseng nyari nama
sendiri. "Rekti" kalau di luar apa ya?,tutur vokalis-gitaris berusia 25
tahun itu. Terus ngetik nama bapak saya, Sigit. Terus ternyata,
Sigit.com itu Science Interest Group anjing, keren juga ya. Jadi gue
cari kata-kata sendiri".
Cerita itu dapat mewakili sisi intelek sekaligus humoris yang terdapat
pada The Super Insurgent Group of Intemperance Talent, kuartet asal
Bandung yang menggabungkan tema lirik yang kontemplatif dengan musik
rock & roll primitif, di mana Led Zeppelin, The Clash dan The
Beatles menjadi pengaruh utama yang menyatukan selera keempat sahabat
ini. Kami ter-influence lagu-lagu lama, tapi intinya kami memang suka
ngerock, kata bassis Aditya Bagja Mulyana alias Adit, 25 tahun. Bukan
ngepop, karena kami bukan penyanyi yang baik [tertawa]!
Awal Terbentuknya The Super Insurgent Group of Intemperance Talent
Band yang mengusung garage rock dengan tampilan seadanya yang dibentuk
ketika zaman sekolah setingkat SMP antar teman saling bertemu
diantaranya yaitu Rekti, Adit dan Acil yang kemudian membentuk sebuah
band yang mengusung ciri khas dengan sound dari mulai The Stone Roses
sampai dengan Led Zeppelin, dimana personil band yang selama itu ada
saling silih berganti, ada yang datang ada yang pergi, dengan, kemudian
pada tahun 2002, Farri datang ke dalam band tersebut, dengan
kemampuannya dalam “recording dan arranging” dimulailah mereka untuk
menciptakan lagunya mereka.
Grup yang diawaki empat orang personel Rektivianto Yoewono (vokalis dan
gitar), Farri Icksan Wibisana (gitaris), Aditya Bagja Mulyana (bass),
dan Donar Armando Ekana (vokalis dan drummer).
Mereka berasal dari perguruan tinggi di Bandung. Rekti saat ini sedang
menyelesaikan S2 di Teknik Lingkungan ITB, Adiet sarjana IT dari
Universitas Maranatha Bandung. Kalau Achiel Sarjana S1 Arsitektur
Universitas Parahyangan sementara Farri sedang studi S2 di jurusan
Arsitek ITB. Wah pintar-pintar yah, calon master yang jago di bidang
musik.
Kenapa band mereka lebih banyak menggunakan lirik bahasa Inggris, apa
karena memang mereka fanatik bahasa Inggris?
Achiel A.K.A Donar Armando Ekana menjelaskan kenapa bahasa Inggris yang
mereka pakai dalam kata-kata di liriknya karena mereka ingin beda, dan
sederhananya mereka lebih senang main dengan kata-kata bahasa Inggris.
“Kalau dengan bahasa Inggris lebih mudah mendapat gabungan kata, dan
maknanya lebih dalam,” ujarnya.
Hampir semua lagu mereka kemas dalam bahasa Inggris, tapi bukan berarti
tidak ada bahasa Indonesianya. Di album pertama yang juga berjudul The
S.I.G.I.T dirilis tahun 2004 banyak juga yang memakai bahasa Indonesia.
Di album keduanya yang berjudul VISIBLE IDEA OF PERFICTION yang dirilis
tahun 2006 judul lagu-lagu andalannya seperti Soul Sister juga dikemas
dalam bahasa Inggris. Nowhere End dan All the Time yang bercerita
tentang cinta, walau dengan sudut pandang yang tak biasa. Yah, begitulah
The S.I.G.I.T memang senang mengekspresikan kata-kata lewat bahasa
Inggris, itu juga karena mereka memang lebih sering manggung di luar
negeri. Seperti di Australia dan Singapura.
Bukan berarti kalau udah main di dua negara itu terus puas. Mereka masih
memendam keinginan tampil di Texas, Amerika Serikat, dalam ajang South
by South West. “Maret kemarin, mestinya kami main di sana, tapi
terlambat mengurus visa,” ujar Farri, sang gitaris.
Hal-hal yang menjadi topik lirik dapat dibilang menarik.
Ada sebuah tema besar yang dapat ditangkap, yaitu ketidakpuasan terhadap
kondisi sekitar. Live in New York bercerita tentang keinginan untuk
hijrah ke tempat yang lebih menarik; New Generation menghujat lingkaran
setan yang menghubungkan malnutrisi dengan kebodohan; dan empat lagu Let
It Go,Save Me,Clove Doper dan Satan State“ adalah komentar terhadap
sifat orang-orang di sekeliling saya, menurut Rekti, yang menyebut
politikus, dosen, tokoh agama dan orang Indonesia pada umumnya. Kalau
ada orang yang mengatakan ˜Saya orang suci, Anda tidak suci, saya
membantah semua orang yang mengatakan bahwa ˜Saya superior dalam bidang
tertentu. Bagi saya, itu adalah sesuatu yang tidak menarik dan tidak
penting.
Tak semua lagu mengandung tema seberat itu. Soul Sister bercerita
tentang teman SMP Rekti dan Adit yang memanfaatkan jasa seorang waria;
Nowhere End dan All the Time malah bercerita tentang cinta, walau dengan
sudut pandang yang tak biasa. Saya pernah mendapat e-mail yang membahas
itu, dan itu bikin semangat untuk belajar lebih banyak lagi tentang
bagaimana menulis lirik, daripada mendengar pujian yang lagu lo ngerock
banget! kata Rekti. Senang sih, cuma itu saya anggap ya udahlah. Bisa
berbahaya untuk diri sendiri. Saya berharap kalau ada yang mendengarkan
dan memperhatikan lirik, apa yang saya maksud bisa sampai, dan kalau
menyampaikan kritik sesuai dengan apa konteksnya.
Read more at: http://aurion23.blogspot.com/2011/07/biografi-sigit.html#.UjgxwTfnnFw
Copyright Aurion23.blogspot.com
Read more at: http://aurion23.blogspot.com/2011/07/biografi-sigit.html#.UjgxwTfnnFw
Copyright Aurion23.blogspot.com
The S.I.G.I.T adalah
satu dari sekian band indie indonesia yang punya kualitas bagus dalam
musiknya. The SIGIT merupakan band indie asal bandung, yang dibentuk
pada tahun 1997 ketika para personelnya masih duduk di bangku SMA. Nama
The S.I.G.I.T itu sendiri baru dipakai pada tahun 2002. pada tahun 2004
mereka membuat demo album yang berjudul ” EP” berisi 6 lagu.
The S.I.G.I.T merupakan potret band indie yang melek teknologi dengan
memanfaatkan situs jejaring sosial seperti myspace, friendster,
facebook, bebo, dll, untuk mengenalkan lagu-lagu mereka ke seluruh dunia
. akhirnya,l ewat internet pula mereka ditemukan oleh salah satu
pemilik label di Australia yang kemudian menawari band ini untuk membuat
album The S.I.G.I.T versi Australia. The S.I.G.I.T baru dikenal oleh
masyarakat pecinta musik secara luas setelah membuat lagu untuk
soundtrack sebuah film (Catatan Akhir Sekolah) dengan lagu “Did I ask
yer opinion”.
Dibalik nama The S.I.G.I.T.
The S.I.G.I.T bukanlah nama dari seorang personilnya (yang memang
lazimnya nama Sigit adalah nama orang) atau singkatan dari nama para
personilnya, namun The S.I.G.I.T merupakan singkatan dari “The Super
Insurgent Group of Intemperance Talent”. Mari menyimak kisah Rektivianto
Rekti Yoewono tentang hal yang mendorong dirinya untuk menamakan
band-nya The S.I.G.I.T.: "Awalnya itu, saya kalau lagi nggak ada
kerjaan, kalau lagi di Internet suka ke Google, iseng nyari nama
sendiri. "Rekti" kalau di luar apa ya?,tutur vokalis-gitaris berusia 25
tahun itu. Terus ngetik nama bapak saya, Sigit. Terus ternyata,
Sigit.com itu Science Interest Group anjing, keren juga ya. Jadi gue
cari kata-kata sendiri".
Cerita itu dapat mewakili sisi intelek sekaligus humoris yang terdapat
pada The Super Insurgent Group of Intemperance Talent, kuartet asal
Bandung yang menggabungkan tema lirik yang kontemplatif dengan musik
rock & roll primitif, di mana Led Zeppelin, The Clash dan The
Beatles menjadi pengaruh utama yang menyatukan selera keempat sahabat
ini. Kami ter-influence lagu-lagu lama, tapi intinya kami memang suka
ngerock, kata bassis Aditya Bagja Mulyana alias Adit, 25 tahun. Bukan
ngepop, karena kami bukan penyanyi yang baik [tertawa]!
Awal Terbentuknya The Super Insurgent Group of Intemperance Talent
Band yang mengusung garage rock dengan tampilan seadanya yang dibentuk
ketika zaman sekolah setingkat SMP antar teman saling bertemu
diantaranya yaitu Rekti, Adit dan Acil yang kemudian membentuk sebuah
band yang mengusung ciri khas dengan sound dari mulai The Stone Roses
sampai dengan Led Zeppelin, dimana personil band yang selama itu ada
saling silih berganti, ada yang datang ada yang pergi, dengan, kemudian
pada tahun 2002, Farri datang ke dalam band tersebut, dengan
kemampuannya dalam “recording dan arranging” dimulailah mereka untuk
menciptakan lagunya mereka.
Grup yang diawaki empat orang personel Rektivianto Yoewono (vokalis dan
gitar), Farri Icksan Wibisana (gitaris), Aditya Bagja Mulyana (bass),
dan Donar Armando Ekana (vokalis dan drummer).
Mereka berasal dari perguruan tinggi di Bandung. Rekti saat ini sedang
menyelesaikan S2 di Teknik Lingkungan ITB, Adiet sarjana IT dari
Universitas Maranatha Bandung. Kalau Achiel Sarjana S1 Arsitektur
Universitas Parahyangan sementara Farri sedang studi S2 di jurusan
Arsitek ITB. Wah pintar-pintar yah, calon master yang jago di bidang
musik.
Kenapa band mereka lebih banyak menggunakan lirik bahasa Inggris, apa
karena memang mereka fanatik bahasa Inggris?
Achiel A.K.A Donar Armando Ekana menjelaskan kenapa bahasa Inggris yang
mereka pakai dalam kata-kata di liriknya karena mereka ingin beda, dan
sederhananya mereka lebih senang main dengan kata-kata bahasa Inggris.
“Kalau dengan bahasa Inggris lebih mudah mendapat gabungan kata, dan
maknanya lebih dalam,” ujarnya.
Hampir semua lagu mereka kemas dalam bahasa Inggris, tapi bukan berarti
tidak ada bahasa Indonesianya. Di album pertama yang juga berjudul The
S.I.G.I.T dirilis tahun 2004 banyak juga yang memakai bahasa Indonesia.
Di album keduanya yang berjudul VISIBLE IDEA OF PERFICTION yang dirilis
tahun 2006 judul lagu-lagu andalannya seperti Soul Sister juga dikemas
dalam bahasa Inggris. Nowhere End dan All the Time yang bercerita
tentang cinta, walau dengan sudut pandang yang tak biasa. Yah, begitulah
The S.I.G.I.T memang senang mengekspresikan kata-kata lewat bahasa
Inggris, itu juga karena mereka memang lebih sering manggung di luar
negeri. Seperti di Australia dan Singapura.
Bukan berarti kalau udah main di dua negara itu terus puas. Mereka masih
memendam keinginan tampil di Texas, Amerika Serikat, dalam ajang South
by South West. “Maret kemarin, mestinya kami main di sana, tapi
terlambat mengurus visa,” ujar Farri, sang gitaris.
Hal-hal yang menjadi topik lirik dapat dibilang menarik.
Ada sebuah tema besar yang dapat ditangkap, yaitu ketidakpuasan terhadap
kondisi sekitar. Live in New York bercerita tentang keinginan untuk
hijrah ke tempat yang lebih menarik; New Generation menghujat lingkaran
setan yang menghubungkan malnutrisi dengan kebodohan; dan empat lagu Let
It Go,Save Me,Clove Doper dan Satan State“ adalah komentar terhadap
sifat orang-orang di sekeliling saya, menurut Rekti, yang menyebut
politikus, dosen, tokoh agama dan orang Indonesia pada umumnya. Kalau
ada orang yang mengatakan ˜Saya orang suci, Anda tidak suci, saya
membantah semua orang yang mengatakan bahwa ˜Saya superior dalam bidang
tertentu. Bagi saya, itu adalah sesuatu yang tidak menarik dan tidak
penting.
Tak semua lagu mengandung tema seberat itu. Soul Sister bercerita
tentang teman SMP Rekti dan Adit yang memanfaatkan jasa seorang waria;
Nowhere End dan All the Time malah bercerita tentang cinta, walau dengan
sudut pandang yang tak biasa. Saya pernah mendapat e-mail yang membahas
itu, dan itu bikin semangat untuk belajar lebih banyak lagi tentang
bagaimana menulis lirik, daripada mendengar pujian yang lagu lo ngerock
banget! kata Rekti. Senang sih, cuma itu saya anggap ya udahlah. Bisa
berbahaya untuk diri sendiri. Saya berharap kalau ada yang mendengarkan
dan memperhatikan lirik, apa yang saya maksud bisa sampai, dan kalau
menyampaikan kritik sesuai dengan apa konteksnya.
Read more at: http://aurion23.blogspot.com/2011/07/biografi-sigit.html#.UjgxwTfnnFw
Copyright Aurion23.blogspot.com
Read more at: http://aurion23.blogspot.com/2011/07/biografi-sigit.html#.UjgxwTfnnFw
Copyright Aurion23.blogspot.com
The S.I.G.I.T adalah
satu dari sekian band indie indonesia yang punya kualitas bagus dalam
musiknya. The SIGIT merupakan band indie asal bandung, yang dibentuk
pada tahun 1997 ketika para personelnya masih duduk di bangku SMA. Nama
The S.I.G.I.T itu sendiri baru dipakai pada tahun 2002. pada tahun 2004
mereka membuat demo album yang berjudul ” EP” berisi 6 lagu.
The S.I.G.I.T merupakan potret band indie yang melek teknologi dengan
memanfaatkan situs jejaring sosial seperti myspace, friendster,
facebook, bebo, dll, untuk mengenalkan lagu-lagu mereka ke seluruh dunia
. akhirnya,l ewat internet pula mereka ditemukan oleh salah satu
pemilik label di Australia yang kemudian menawari band ini untuk membuat
album The S.I.G.I.T versi Australia. The S.I.G.I.T baru dikenal oleh
masyarakat pecinta musik secara luas setelah membuat lagu untuk
soundtrack sebuah film (Catatan Akhir Sekolah) dengan lagu “Did I ask
yer opinion”.
Dibalik nama The S.I.G.I.T.
The S.I.G.I.T bukanlah nama dari seorang personilnya (yang memang
lazimnya nama Sigit adalah nama orang) atau singkatan dari nama para
personilnya, namun The S.I.G.I.T merupakan singkatan dari “The Super
Insurgent Group of Intemperance Talent”. Mari menyimak kisah Rektivianto
Rekti Yoewono tentang hal yang mendorong dirinya untuk menamakan
band-nya The S.I.G.I.T.: "Awalnya itu, saya kalau lagi nggak ada
kerjaan, kalau lagi di Internet suka ke Google, iseng nyari nama
sendiri. "Rekti" kalau di luar apa ya?,tutur vokalis-gitaris berusia 25
tahun itu. Terus ngetik nama bapak saya, Sigit. Terus ternyata,
Sigit.com itu Science Interest Group anjing, keren juga ya. Jadi gue
cari kata-kata sendiri".
Cerita itu dapat mewakili sisi intelek sekaligus humoris yang terdapat
pada The Super Insurgent Group of Intemperance Talent, kuartet asal
Bandung yang menggabungkan tema lirik yang kontemplatif dengan musik
rock & roll primitif, di mana Led Zeppelin, The Clash dan The
Beatles menjadi pengaruh utama yang menyatukan selera keempat sahabat
ini. Kami ter-influence lagu-lagu lama, tapi intinya kami memang suka
ngerock, kata bassis Aditya Bagja Mulyana alias Adit, 25 tahun. Bukan
ngepop, karena kami bukan penyanyi yang baik [tertawa]!
Awal Terbentuknya The Super Insurgent Group of Intemperance Talent
Band yang mengusung garage rock dengan tampilan seadanya yang dibentuk
ketika zaman sekolah setingkat SMP antar teman saling bertemu
diantaranya yaitu Rekti, Adit dan Acil yang kemudian membentuk sebuah
band yang mengusung ciri khas dengan sound dari mulai The Stone Roses
sampai dengan Led Zeppelin, dimana personil band yang selama itu ada
saling silih berganti, ada yang datang ada yang pergi, dengan, kemudian
pada tahun 2002, Farri datang ke dalam band tersebut, dengan
kemampuannya dalam “recording dan arranging” dimulailah mereka untuk
menciptakan lagunya mereka.
Grup yang diawaki empat orang personel Rektivianto Yoewono (vokalis dan
gitar), Farri Icksan Wibisana (gitaris), Aditya Bagja Mulyana (bass),
dan Donar Armando Ekana (vokalis dan drummer).
Mereka berasal dari perguruan tinggi di Bandung. Rekti saat ini sedang
menyelesaikan S2 di Teknik Lingkungan ITB, Adiet sarjana IT dari
Universitas Maranatha Bandung. Kalau Achiel Sarjana S1 Arsitektur
Universitas Parahyangan sementara Farri sedang studi S2 di jurusan
Arsitek ITB. Wah pintar-pintar yah, calon master yang jago di bidang
musik.
Kenapa band mereka lebih banyak menggunakan lirik bahasa Inggris, apa
karena memang mereka fanatik bahasa Inggris?
Achiel A.K.A Donar Armando Ekana menjelaskan kenapa bahasa Inggris yang
mereka pakai dalam kata-kata di liriknya karena mereka ingin beda, dan
sederhananya mereka lebih senang main dengan kata-kata bahasa Inggris.
“Kalau dengan bahasa Inggris lebih mudah mendapat gabungan kata, dan
maknanya lebih dalam,” ujarnya.
Hampir semua lagu mereka kemas dalam bahasa Inggris, tapi bukan berarti
tidak ada bahasa Indonesianya. Di album pertama yang juga berjudul The
S.I.G.I.T dirilis tahun 2004 banyak juga yang memakai bahasa Indonesia.
Di album keduanya yang berjudul VISIBLE IDEA OF PERFICTION yang dirilis
tahun 2006 judul lagu-lagu andalannya seperti Soul Sister juga dikemas
dalam bahasa Inggris. Nowhere End dan All the Time yang bercerita
tentang cinta, walau dengan sudut pandang yang tak biasa. Yah, begitulah
The S.I.G.I.T memang senang mengekspresikan kata-kata lewat bahasa
Inggris, itu juga karena mereka memang lebih sering manggung di luar
negeri. Seperti di Australia dan Singapura.
Bukan berarti kalau udah main di dua negara itu terus puas. Mereka masih
memendam keinginan tampil di Texas, Amerika Serikat, dalam ajang South
by South West. “Maret kemarin, mestinya kami main di sana, tapi
terlambat mengurus visa,” ujar Farri, sang gitaris.
Hal-hal yang menjadi topik lirik dapat dibilang menarik.
Ada sebuah tema besar yang dapat ditangkap, yaitu ketidakpuasan terhadap
kondisi sekitar. Live in New York bercerita tentang keinginan untuk
hijrah ke tempat yang lebih menarik; New Generation menghujat lingkaran
setan yang menghubungkan malnutrisi dengan kebodohan; dan empat lagu Let
It Go,Save Me,Clove Doper dan Satan State“ adalah komentar terhadap
sifat orang-orang di sekeliling saya, menurut Rekti, yang menyebut
politikus, dosen, tokoh agama dan orang Indonesia pada umumnya. Kalau
ada orang yang mengatakan ˜Saya orang suci, Anda tidak suci, saya
membantah semua orang yang mengatakan bahwa ˜Saya superior dalam bidang
tertentu. Bagi saya, itu adalah sesuatu yang tidak menarik dan tidak
penting.
Tak semua lagu mengandung tema seberat itu. Soul Sister bercerita
tentang teman SMP Rekti dan Adit yang memanfaatkan jasa seorang waria;
Nowhere End dan All the Time malah bercerita tentang cinta, walau dengan
sudut pandang yang tak biasa. Saya pernah mendapat e-mail yang membahas
itu, dan itu bikin semangat untuk belajar lebih banyak lagi tentang
bagaimana menulis lirik, daripada mendengar pujian yang lagu lo ngerock
banget! kata Rekti. Senang sih, cuma itu saya anggap ya udahlah. Bisa
berbahaya untuk diri sendiri. Saya berharap kalau ada yang mendengarkan
dan memperhatikan lirik, apa yang saya maksud bisa sampai, dan kalau
menyampaikan kritik sesuai dengan apa konteksnya.
Read more at: http://aurion23.blogspot.com/2011/07/biografi-sigit.html#.UjgxwTfnnFw
Copyright Aurion23.blogspot.com
Read more at: http://aurion23.blogspot.com/2011/07/biografi-sigit.html#.UjgxwTfnnFw
Copyright Aurion23.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar